Minggu, 19 Agustus 2012

TB PARU


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
         Seiring dengan kemajuan masyarakat yang sangat pesat, terjadi perubahan yang menyeluruh disegala aspek kehidupan.  Salah satunya adalah faktor lingkungan yaitu lingkungan yang kumuh, ada salah satu warga yang menderita TB serta perubahan pola penyakit yang diduga ada hubungannya dengan gaya hidup seperti kebiasaan merokok.  Gaya hidup yang tidak diperhatikan inilah yang menyebabkan tingginya penyakit Tuberkulosis Paru. Karena Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksius yang ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara.  Penularan dapat terjadi antara lain,  melalui batuk, bersin, berbicara atau meludah dengan penderita TB.  Hanya dalam jumlah kecil sudah cukup untuk transmisi penyakit ini.  TB disebabkan oleh basil Mycobacterium Tuberkulosis, sejenis bakteri tahan asam (BTA) dan ditandai dengan pembentukan tuberkel di jaringan paru ( Arif, 2009).
         Angka insidensi kasus Tuberkulosis Paru menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO ) memperkirakan bahwa 9,4 juta orang menderita  Tuberkulosis. Tuberkulosis adalah penyebab kematian nomor tujuh di dunia. Tuberkulosis  telah membunuh 1,8 juta orang di seluruh dunia tahun 2009. Tuberkulosis  adalah tiga penyakit utama yang terkait erat dengan kemiskinan, dua lainnya adalah AIDS dan Malaria (Anonim, 2010).
         Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dengan jumlah penderita Tuberkulosis terbanyak setiap tahunnya yaitu 500.000 kasus baru.  Berdasarkan Sensus Kesehatan Rumah Tangga 2004, TB tergolong 4 besar (untuk angka kematian), dan menjadi penyebab kematian nomor dua.  Tingkat perkembangan Bakteri Tahan Asam positif di Indonesia adalah 0,3% (2004), dan diharapkan pada tahun 2010 prevalensinya turun menjadi 0,2% (Unram, 2010).  Sedangkan di Yogyakarta saat ini ada 2000 orang penderita Tuberkulosis                         ( Mediainfokota, 2010).
Menurut data register yang ada di Bougenvil 3 RSUP Dr Sardjito dari bulan Januari 2010 sampai bulan  15 Juli 2010 didapat penderita TB sebanyak 26 orang (8,7%) ( Buku Register Bougenvil 3 RSUP Dr Sardjito, 2010).
Data di atas menunjukkan bahwa dibutuhkan peran perawat meliputi: upaya promotif yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga dengan jalan memberikan penyuluhan kesehatan tentang TB, meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta cara perawatan TB.  Upaya preventif, ditujukan untuk mencegah terjadinya penularan TB melalui kegiatan pemeriksaan kesehatan secara berkala, dan menghindari faktor penyebab Tuberkulosis.  Upaya kuratif, meliputi pengobatan secara rutin, melalui perawatan di rumah sakit.  Upaya rehabilitatif, meliputi masa pemulihan bagi penderita TB paru.
         Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengetahui gambaran Asuhan Keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru dan menyusunnya dalam suatu Studi Kasus dengan judul ”Asuhan Keperawatan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?”.  Adapun sub rumusan masalah sebagai berikut:
1.   Bagaimana melakukan pengkajian pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?
2.   Bagaimana merumuskan diagnosa pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?
3.   Bagaimana merencanakan tindakan keperawatan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?
4.   Bagaimana melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?
5.   Bagaimana melaksanakan evaluasi tindakan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?
6.   Bagaimana mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien       Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?
C.    Ruang Lingkup
Asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru termasuk dalam ajaran Keperawatan Medikal Bedah, khususnya pada pokok bahasan sistem pernafasan.   Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, proses evaluasi, dan dokumentasi meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual selama 3 hari mulai tanggal 12 Juli 2010, pukul 07.00 sampai dengan 15  Juli 2010, pukul 07.00  dengan mengambil kasus pada pasien Tuberkulosis Paru yang dirawat di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.



D.    Tujuan Penulisan
1.   Tujuan Umum
Asuhan keperawatan ini disusun untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
2.   Tujuan Khusus
Penulis mendapatkan pengalaman nyata dalam :
a.   Melaksanakan pengkajian pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
b.   Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
c.   Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
d.   Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
e.   Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
f.    Melaksanakan proses pendokumentasian keperawatan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
g.   Mengidentifikasi faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Ny “L” dengan Tuberkulosis Paru di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
E.    Manfaat Penulisan
1.   Bagi Penulis
Dengan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien Tuberkulosis di Ruang Bougenvile 3 Instalasi Rawat Inap 1 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta maka penulis dapat memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru dengan mengaplikasikan langsung teori yang diperoleh.
2.   Bagi Rumah Sakit RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pelaksana keperawatan khususnya di ruang Bougenvile 3 menggunakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru.
3. Bagi Institusi Akper YKY
Merupakan bahan bacaan dan bagi mahasiswa Akper “YKY” untuk menambah wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru.

4. Bagi Profesi Keperawatan
Karya tulis ilmiah ini diharapkan mampu menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi anggota profesi keperawatan menggunakan asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru.
F.     Metode
Metode yang digunakan untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan suatu masalah dan cara menyelesaikan masalah dalam bentuk asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Sedangkan data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1.     Data Primer
Data primer dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut :
a.      Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan menanyakan atau tanya jawab yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh pasien dengan tujuan untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan pasien serta untuk menjalin hubungan antara perawat dan pasien.  Data yang diperoleh dari wawancara seperti: pasien mengeluh sesak nafas dan nyeri dada.
b.     Observasi
Observasi adalah dengan mengamati perilaku serta keadaan pasien dengan Tuberkulosis Paru untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien. Unsur terpenting dalam observasi adalah mempertahankan obyektivitas penilaian. Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa yang dilihat, dirasakan, dicium, dan dikecap akan lebih akurat dibandingkan mencatat interprestasi seseorang tentang hal tersebut. Contoh data hasil observasi antara lain: rambut kotor, kulit sianosis, dan konjungtiva anemis.
c.      Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis (cepahalo-caudal) dengan menggunakan 4 teknik yaitu:
1)   Inspeksi
Yaitu sebagai kegiatan melihat atau memerhatikan secara seksama status kesehatan klien. Kunci keberhasilan inspeksi dengan mengetahui apa yang seharusnya kita lihat atau kita amati, misalnya dilakukan untuk memeriksa keadaan kulit dan jaringan mukosa, bentuk dada, adanya retraksi dada dan sebagainya.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan. Contohnya, pada pasien Tuberkulosis, palpasi dada untuk mengetahui lokasi nyeri pada dada atau untuk mengetahui adanya massa pada dada serta penurunan atau peningkatan taktil fremitus.
                          3) Perkusi
Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan perkusi adalah untuk menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah jaringan. Dengan perkusi dapat membedakan apa yang ada di bawah  jaringan (udara, cairan atau zat padat). Contohnya,  perkusi rongga dada untuk mengetahui status paru atau jantung.
                          4) Auskultasi           
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran. Perawat menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung, paru-paru, bunyi usus untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi, misalnya adanya bunyi mengi, ronchi, rales akibat penumpukan sputum pada saluran pernafasan atau bunyi jantung.
2.   Data Sekunder
Yaitu data yang didapat dari catatan tentang klien dan literatur teori, dibagi menjadi:
a.      Wawancara
Dilakukan pada keluarga dan tim kesehatan lain. Data yang diperoleh yaitu keluhan dan masalah kesehatan klien.
b.   Studi Dokumentasi
Mempelajari catatan perkembangan dan hasil pemeriksaan penunjang lain dalam status pasien.
c.  Studi Kepustakaan
Mempelajari literatur yang mendukung dan mendasari dalam pelaksanaan pembuatan laporan keperawatan ini sehingga memperkuat data dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.
G. Sistematika Penulisan
Karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 BAB yaitu :
BAB I     : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penulisan, manfaat, metode dan sistematika penulisan.
BAB II    : TINJAUAN PUSTAKA
Meliputi gambaran umum Tuberkulosis Paru dan Asuhan keperawatan pada pasien dengan Tuberkulosis Paru.
BAB III   : TINJAUAN KASUS
                  Meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi, evaluasi, catatan perkembangan.



BAB IV  : PEMBAHASAN
                  Membahas dan membandingkan antara teori yang ada di BAB II dengan kasus yang terjadi di BAB III serta mengidentifikasi faktor penghambat dan faktor pendukung yang ada.
      BAB V   :  PENUTUP
Bab yang terakhir berisikan mengenai kesimpulan dan saran dari karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar