Kamis, 16 Agustus 2012

BAB I KONSEP KELUARGA


BAB I

A.    KONSEP KELUARGA
1.      DEFINISI KELUARGA
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterkaitan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Suprajitno (2004)
Menurut Burges dalam Santun  Setiawati dan Agus Citra Dermawan (2007), memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang berorientasi kepada tradisi, yaitu :
a.    Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
b.    Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
c.    Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, peran sebagai ayah dan ibu, peran sebagai anak laki-laki dan anak perempuan.
d.   Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
Menurut Bailon dan Maglaya, keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
2.      TIPE KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
1.      Tipe keluarga tradisional
a.       The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
b.      The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
c.       Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
d.      The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
e.       The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
f.        Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian).
g.      Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari minggu atau libur saja.
h.      Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i.        Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
j.        Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k.      Single adult living alone  yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
2.      Tipe keluarga non tradisiona
a.       The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b.      The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
c.       Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.
d.      The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
e.       Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
f.       Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu.
g.      Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.
h.      Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.
i.        Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara.
j.        Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
k.      Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

3.      ISTILAH-ISTILAH DALAM KELUARGA
a.       Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
b.      Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
c.       Kualitas keluarga
Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
d.      Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.
e.       Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
f.       NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga sejahtera terdiri dari:
1)      Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB
2)      Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
3)      Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi
4)      Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat
5)      Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi.

4.      STRUKTUR KELUARGA
Menurut Johan R dan Leny R (2010) dalam bukunya Keperawatan Keluarga menyatakan struktur keluarga yang ada di Indonesia, yaitu :
a.    Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b.    Matrilineal : keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c.    Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d.   Patrilokal : seseorang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e.    Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
Dalam buku Asuhan Keperawatan Keluarga Suprajitno (2004) menyatakan tentang struktur keluarga, gambaran keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya, dan empat elemen struktur keluarga, yaitu :
a.       Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
b.      Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
c.       Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
d.      Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah prilaku keluarga yang mendukung kesehatan.

5.      FUNGSI KELUARGA
Friedman 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu:
a.       Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilanm elaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi afektif adalah:
1)      Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dang dukungan dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diliar keluarga atau masyarakat.
2)      Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3)      Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tuan harus mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif tersebut
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
b.      Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluarga.
c.       Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d.      Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.
e.       Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

6.      TAHAP PERKEMBANGAN DAN TUGAS KELUARGA
Menurut Suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga menyebutkan tahapan-tahapan perkembangan keluarga, tahap-tahap perkembangan kehidupan keluarga yang paling banyak digunakan adalah delapan model perkembangan siklus kehidupan keluarga,  yaitu: :
a.         Tahap I : Keluarga pemula (Beginning family)
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang kehubungan baru yang intim. Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)        Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2)        Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3)        Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua).
b.        Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Dimulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Biasanya orang tua tergetar hatinya dengan kelahiran anak pertama mereka, tapi agak takut juga. Kekawatiran akan hilang dalam beberapa hari karena ibu dan bayi mulai saling mengenal.
Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)      Membentuk unit muda sebagai yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).
2)      Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dengan kebutuhan anggota keluarga.
3)      Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4)      Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambah peran-peran orang tua dan kakek serta nenek
c.         Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah
Siklus kehidupan dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga mungkin terdiri dari tiga atau lima orang, keluarga menjadi lebih majemuk. Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)      Memenuhi kebutuhan anggota seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan.
2)      Mensosialisasikan anak.
3)      Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.
4)      Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak).
d.        Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
Dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)      Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2)      Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3)      Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e.      Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6-7 tahun, anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19-20 tahun. Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)      Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.
2)      Menfokuskan kembali hubungan perkawinan.
3)      Berkomunikasi trbuka antara orang tua dan anak-anak.
f.      Tahap VI : Keluarga melepas anak dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong ketika akhirnya anak terakhir meninggalkan rumah. Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)      Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2)      Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.
3)      Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami istri.
g.     Tahap VII : Orang tua usia pertengahan
Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Orang tua memasuki usia 45-55. Tugas-tugas perkembangan siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)      Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
2)      Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.
3)      Memperkokoh hubungan perkawinan.
h.     Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tahap terakhir dari siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus brlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain yang meninggal. Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)      Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
2)      Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
3)      Mempertahankan hubungan perkawinan.
4)      Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
5)      Mempertahankan ikatan antar generasi.
6)      Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka.

B KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, pengumpulan data dalam proses keperawatan dilakukan dengan cara :
1.         Observasi
Metode pengumpulan data dimana data dikumpulkan melalui observasi visual melalui indera yang berlangsung terus-menerus, dimana data yang dikumpulkan harus obyektif dan harus dicatat apa adanya (bukan penafsiran sendiri), diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.
2.         Wawancara 
Suatu pembicaraan terarah, percakapan dengan maksud pengumpulan data, dan dapat dilakukan secara formal dan informal, dimana perlu tekhnik khusus, dan otoritas yang kita gunakan sesedikit mungkin, misalnya pemeriksaan fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya.
3.         Studi dokumentasi 
Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan materi pembahasan seperti data dari puskesmas, data perkembangan kesehatan anak (KMS), kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lainnya.
4.         Pemeriksaan fisik 
Cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan tanda-tanda vital.
Proses keperawatan keluarga terdiri pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang selalu terdokumentasi. Secara terperinci, proses keperawatan yaitu :
1.      Pengkajian
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik dinyatakan, pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dari American Nursing Assosiation (ANA).
Menurut Suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga, menyatakan  beberapa hal yang perlu dilakukan pada pengkajian, yaitu::
a.     Membina hubungan yang baik anatara perawat dan klien (keluarga) merupakan modal utama untuk melaksanakan asuhan keperawatan. Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya.  
1)        1Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah. 
2)        Menjelaskan tujuan kunjungan.
3)        Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga menyelsaikan masalah kesehatan yang ada.  
4)        Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan, dan menjelaskan kepada keluarga tentang tim kesehatan lainnya yang menjadi jaringan perawat.
b.      Pengkajian ini berfokus sesuai data yang diperoleh dari unit layanan kesehatan.
c.       Pengkajian lanjutan, yaitu : tahap pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.
Menurut suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga, data yang dikajian dalam asuhan keperawatan keluarga yaitu :
a.       Berkaitan dengan keluarga
1)        Data demografi dan sosiokultural
2)        Data lingkungan
3)        Struktur dan fungsi keluarga
4)        Stres dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5)        Perkembangan keluarga
b.      Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga
1)        Fisik
2)        Mental
3)        Emosi
4)        Sosial
5)        Spritual
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, ada tiga metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada tahap pengkajian, yaitu :
1)        Komunikasi
Interaksi perawat dengan klien harus berdasarkan komunikasi.  Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu tehnik dimana usaha mengajak klien dan keluarga untuk menukar pikiran dan perasaan.
2)        Observasi
Tahap kedua pengumpulan data adalah dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku, keadaan klien dan lingkungan.
3)        Pemeriksaan fisik
Empat tehnik dalam pemeriksaan fisik, yaitu :
a)        Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan indra penglihatan,dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data.
b)        Palpasi adalah suatu tehnik menggunakan indra peraba.Tangan dan jari adalah suatu instrument yang sensitif yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang : temperatur, tugor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan ukuran.
c)        Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara.
d)       Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.
Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan Keperawatn Keluarga, hal-hal yang perlu digali dalam pengkajian antara lain :
a.       Pengumpulan data
1)      Data umum
a)      Nama KK, Alamat dan telpon
b)      Komposisi keluarga (dilengkapi genogram 3 generasi)
c)      Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut.

d)     Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
e)      Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.
f)       Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status ekonomi keluarga ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
g)      Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengar radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
2)      Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a)      Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga tertinggi saat ini dicapai oleh keluarga, misalnya anggota keluarga terdiri dari lansia, remaja, balita, maka tahap perkembangan keluarga saat ini adalah lansia (bila lansia ikut dengan keluarga) tetapi bila tidak maka tahapannya adalah keluarga dengan remaja.
b)      Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala.
c)      Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, pencegahan penyakit, pelayanan kesehatan.
d)     Riwayat keluarga sebelumnya
Meliputi data-data tentang riwayat orang tua dari pihak suami maupun isteri. Lingkungan
e)      Karateristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
f)       Karateristik tetangga dan komunitas RT
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat.

g)      Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
h)      Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat.
i)        Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
3)      Struktur keluarga
a)      Pola komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.
b)      Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
c)      Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
d)     Nilai dan norma keluarga
Meliputi data tentang nilai-nilai, norma yang dianut keluarga, misalnya keluarga menerapkan aturan agar setiap anggota keluarga sudah berada dirumah sebelum magrib.
4)      Fungsi keluarga
a)      Fungsi afektif
Gambaran anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
b)      Fungsi sosialis
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c)      Fungsi keperawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.
d)     Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e)      Fungsi ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan, sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
5)      Stres dan koping keluarga
a)      Stresor jangka pendek dan jangka panjang
-          Stressor jangka pendek yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.
-          Stressor jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b)      Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Hal yang eprlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
c)      Strategi koping
Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
d)     Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga apabila menghadapi permasalahan.
6)      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
7)      Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
8)      Dasar data pengkajian pasien Kanker berdasarkan Doenges (2000) yaitu :
a)        Aktivitas dan istirahat
Gejala :    Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur.
b)        Sirkulasi
Gejala :    Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja, perubahan pada tekanan darah (hipotensi)
c)        Integritas ego
Gejala :    Faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya.
Tanda :     Menyangkal, menarik diri, marah
d)       Eliminasi
Gejala :    Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinarius
Tanda :     Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
e)        Makanan dan cairan
Gejala :    Kebiasaan Diet buruk, anoreksia, intoleransi aktivitas, perubahan pada berat badan
Tanda :     Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit, edema
f)         Neurosensori
Gejala :    Pusing, sinkope
g)        Nyeri dan kenyamanan
Gejala :    Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi
h)        Pernapasan
Gejala :    Merokok
i)          Keamanan
Gejala :    Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama
Tanda :     Demam, ruam kulit, ulserasi
j)          Seksualitas
Gejala :    Masalah seksual, pasangan seks multiple
k)        Interaksi sosial
Gejala :    Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan
l)          Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala :    Riwayat kanker pada keluarga, riwayat pengobatan
b.      Analisa data
Bailon dan Maglay (1989) dalam bukunya Perawatan Kesehatan Keluarga menyatakan tiga norma perkembangan kesehatan, yaitu :
1)      Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
2)      Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
3)      Karateristik keluarga
2.      Diagnosis Keperawatan
Menurut Sprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga, perumusan diagnosis keperawatan menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :
a.        Masalah (P) adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.
b.       Penyebab (E) atau etiologi adalah faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah.
c.       Tanda atau gejala (S) adalah data-data subjektif dan objektif yang ditemukan sebagai komponen pandukung terhadap diagnosis keperawatan actual dan risiko.
Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2001) adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah.
a.    Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan menurut Bailon dan Maglaya (1978) sebagai berikut :
NO
Kriteria
Skor
Bobot
1
Sifat Masalah
Tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
-Krisis atau keadaan sejahtera

3
2
1
1
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
Dengan mudah
Hanya sebagian
Tidak dapat

2
1
0
2
3
Potensial masalah untuk dicegah
Tinggi
Cukup
Rendah

3
2
1
1
4
Menonjolkan masalah
Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak segera ditangani
Masalah tidak dirasakan

2
1

0
1

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan :
1.    Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.
2.    Skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.
 x Bobot
3.    Jumlahkan skor untuk semua criteria skor tertinggi adalah 5.
b.    Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan proritas
1)        Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan ke dalam tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.
2)        Kemungkinan masalah dapat diubah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah :
a)        Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah
b)        Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk fisik, keuangan atau tenaga
c)        Sumber-sumber dari perawatan, misal dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan, dan waktu
d)       Sumber-sumber di masyarakat, dan dukungan sosial masyarakat

3)        Potensi masalah dapat dicegah
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut :
a)        Kepelikan dari masalah, berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosis penyakit atau kemungkinan mengubah masalah. Umumnya makin berat masalah tersebut makin sedikit kemungkinan untuk mengubah atau mencegah sehingga makin kecil potensi masalah yang akan timbul
b)        Lamanya masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bisa dicegah
c)        Kelompok risiko, adanya kelompok risiko tinggi atau kelompok yang peka atau rawan, hal ini menambah masalah bisa dicegah
4)        Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam memeberikan skor pada cerita ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut menilai masalah dan perlu untuk menangani segera, maka harus diberi skor tinggi.

Diagnosis keperawatan menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik dapat dibedakan menjadi 5 kategori yaitu :
a.       Aktual yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang  ditemukan.
b.      Risiko yaitu menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi.
c.       Potensial yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.
d.      Diagnosis keperawatan (Wellness) adalah keputusan klinis tentang keadaan individu, keluarga dan masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e.       Diagnosis keperawatan (Syndrome) adalah diagnosis yang terdiri dari kelompok diagnosis keperawatan aktual dan risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul atau timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Menurut Suprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga menyatakan bahwa tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a.    Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memperlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b.    Diagnosis risiko atau risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
c.    Daiagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan.
Perumusan diagnosis keperawatan keluarga menurut Suprajitno (2004)  menggunakaan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :
a.       Masalah (P) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.
b.      Penyebab adalah (E) suatu pernyataaan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanaan kesehatan.
c.       Tanda atau gejalan (S) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), etiologi pada diagnosis keperawatan keluarga menggunakan lima sekala ketidak kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan keperawatan, yaitu :
a.    Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena :
1)        Kurang pengetahuan atau ketidaktahuan fakta
2)        Rasa takut akibat maslah yang diketahui
3)        Sikap dan falsafah hidup
b.    Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan yang tepat untuk melaksanakan tindakan, disebabkan karena :
1)        Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah
2)        Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3)        Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan, dan kurangnya sumberdaya keluarga
4)        Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
5)        Ketidakcocokan pendapat dari keluarga
6)        Tidak mengetahui fasilitas kesehatan yang  ada
7)        Takut dari tindakan yang dilakukan
8)        Sikap negatif terhadap tindakan petugas atau lembaga kesehatan
9)        Kesalahan informasi terhadap tindakan yang dilakukan
c.    Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena :
1)        Tidak mengetahui keadaan penyakit
2)        Tidak mengetahui tentang perkembangan perawat yang   dibutuhkan
3)        Kurang atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
4)        Tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga
5)        Sikap negatif terhadap penyakit
6)        Konflik  individu dalam keluarga
7)        Sikap dan pandangan hidup
8)        Perilaku yang mementingkan diri sendiri
d.   Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang kondusif yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena :
1)        Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan, tanggung jawab atau wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat
2)        Kurang dapat mellihat untung dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah
3)        Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan
4)        Konflik personal dalam keuarga
5)        Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
6)        Sikap dan pandangan hidup
7)        Ketidakkompakan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
e.    Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena :
1)      Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
2)      Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
3)      Kurang percaya terhadap petugas kesehatan atau lembaga kesehatan
4)      Pengalaman yang kurang baik dari petugas
5)      Rasa takut pada akibat tindakan
6)      Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
7)      Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat
3.      Perencanaan    
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi maslah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Kualitas rencana keperawatan dapat menjamin sukses dan keberhasilan rencana keperawatan, yaitu :
a.        Penentuan masalah kesehatan dan keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada analisa yang menyeluruh tentang masalah.
b.       Rencana yang realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c.        Sesuai dengan tujuan dan falsafah keperawatan.
d.       Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga dalam:
1)      Menentukan masalah dan kebutuhan perawatan keluarga.
2)      Menentukan prioritas masalah.
3)      Memilih tindakan yang tepat.
4)      Pelaksanaan tindakan.
5)      Penilaian hasil tindakan.
e.        Dibuat secara tertulis.
Menurut Friedman dalam Bailon dan Maglaya (1978) proses dalam pengembangan rencana keperawatan keluarga menyangkut penggunaan metode solving atau pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa bagian :
a.       Menentukan masalah
b.      Sasaran dan tujuan
c.       Rencana tindakan
d.      Rencana untuk mengevaluasi perawatan.
4.      Pelaksanaan
Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan Keperawatn Keluarga, menyebutkan tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal berikut, yaitu :
a.       Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b.  Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c.    Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d.        Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan yang menjadi sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungklin.
e.   Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.
Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan Keperawatn Keluarga, menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan tindakan keperawatan keluarga antara lain :
a.       Partisipasi keluarga, mengikutsertakan anggota keluarga dalam sesi-sesi konseling, suportif, dan pendidikan kesehatan.
b.      Penyuluhan, upaya-upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau terciptanya suatu kondisi bagi perorangan, kelompok atau masyarakat untuk menerapkan cara-cara hidup sehat.
c.       Konseling, yaitu pembimbingan dalam proses memberikan dukungan bagi anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
d.      Kontrak, persetujuan kerja antara kedua belah pihak yaitu kesepakatan antara keluarga dan perawat dalam kesepakan dalam asuhan  keperawatan.
e.       Managment kasus yaitu strategi dan proses pengambilan keputusan melalui langkah pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (rujukan, koordinasi dan advokasi)
f.       Kolaburasi, kerjasama perawat bersama tim kesehatan yang lain dan merencanakan perawatan yang berpusat pada keluarga.
g.      Konsultasi, merupakan kegiatan untuk memberikan pendidikan kesehatan.
Menurut Nursalam (2008) asuhan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara prefesional sebagaimana terdapat dalam standar praktik keperawatan, yaitu :
a.         Independen. Asuhan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan interaksi dari dokter atau profesi lain.
b.         Interdependen. Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatatan yang memperlukan kerja sama dengan profesi kesehatan lain, seperti ahli gizi, fisioterapi, atau dokter.
c.         Dependen. Asuhan keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan secara tindakan medis. Cara tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilakukan.
5.      Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealfaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan Nursalam (2008).
Dalam Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, dinyatakan evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi kualitas asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan :.
a.         Evaluasi proses, fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus segera dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas interfrensi tersebut.
b.         Evaluasi hasil, fokus efaluasi hasil adalah prubahan prilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif, feksibel, dan efesiensi.
6.      Dokumentasi
Menurut Nursalam 2008 dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, perawat mendokumentasikan hasil yang telah atau belum dicapai pada “medical record“. Penggunaan istilah yang tepat perlu ditekankan pada penulisannya, untuk menghindari salah persepsi dan kejelasan dalam menyusun tindakan keperawatan lebih lanjut. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. Kegunaan dokumentasi adalah :
a.       Sebagai alat komunikasi antar anggota keperawatan dan antar anggota tim kesehatan lainnya.
b.      Sebagai dokumentasi resmi dalam system pelayanan kesehatan.
c.       Dapat digunakan alat bahan penelitian dalam bidang keperawatan.
d.      Sebagai alat yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan keperawatan.
e.       Sebagai alat pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan asuhan keperawatan yang diberikan terhadap pasien.
Keterampilan standar dokumentasi merupakan ketrampilan untuk dapat memenuhi dan melaksanakan standar dokumentasi yang telah ditetapkan dengan tepat. Keterampilan tersebut antara lain keterampilan dalam memenuhi standar dokumentasi pengkajian, diagnosis, rencana, pelaksanaan, dan evaluasi keperawata.
a.      Dokumentasi pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari klien, membuat data dasar tentang klien,dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien.
Jenis dokumentasi pengkajian :
1)      Pengkajian awal (Initial Assesment)
Pengkajian awal dilakukan ketika pasien masuk ke rumah sakit.
2)      Pengkajian kontinue (Ongoing Assesment)
Pengkajian kontinue merupakan pengembangan data dasar. Informasi yang diperoleh dari pasien selama pengkajian awal dan informasi tambahan (berupa tes diagnostic dan sumber lain) diperlukan untuk menegakan diagnosis.
3)      Pengkajian ulang
Data pengkajian ulang merupakan pengkajian yang didapat dari informasi selama evaluasi.
b.      Dokumentasi diagnosis keperawatan
Dalam melakukan pencatatan diagnosis keperawatan digunakan pedoman yaitu :
1)        Gunakan format PES untuk semua masalah aktual dan PE untuk masalah risiko.
2)        Catat diagnosis keperawatan risiko dan risiko tinggi ke dalam masalah atau format diagnosis keperawatan.
3)        Gunakan istilah diagnosis keperawatan yang dibuat dari sumber- sumber diagnosis keperawatan.
4)        Gunakan diagnosis keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.
c.       Dokumentasi rencana keperawatan      
Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan keperawatan tentang penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Secara umum pedoman untuk rencana keperawatan yang efektif adalah sebagai berikut :
1)        Sebelum menulis, cek sumber informasi data.
2)        Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti.
3)        Tulisan harus jelas, spesifik, dapat diukur, dan kriteria hasil sesuai dengan identifikasi masalah.
4)        Memulai instruksikan perawatan harus menggunakan kata kerja seperti catat, informasikan dan lain- lain.
5)        Gunakan pena tinta dalam menulis untuk mencegah penghapusan tulisan atau tidak jelasnya tulisan.
d.      Dokumentasi implementasi
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif. Beberapa pedoman yang dipakai dalam pencatatan intervensi keperawatan adalah:
1)      Gunakan deskripsi tindakan untuk menentukan apa yang telah dikerjakan.
2)      Berikan keamanan, kenyamanan, dan perhatikan faktor lingkungan pasien dalam memberikan intervensi keperawatan.
3)      Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab  dalam memberikan intervensi.
4)      Catat prosedur yang tepat.
e.       Dokumentasi evaluasi
Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai.Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan keperawatan.
1)      Pendokumentasian dengan menggunakan DAR
Semua masalah klien diidentifikasi dalam catatan keperawatan dan terlihat pada rencana keperawatan. Kolom focus dapat berisi :
D       : (data) masalah klien
A       : (action) tindakan
R       : respon klien
Merupakan system dokumentasi dengan konstruksi data tindakan dan evaluasi dimana setiap diagnose keperawatan diidentifikasi dalam catatan perawatan, terkait pada rencana keprawatan atau setiap daftar masalah dari setiap catatan perawat dengan suau diagnose keperawatan.
2)      Pendokumentasian dengan menggunakan SOAPIE :
S        : Subjektif adalah informasi yang didapat dipasien
O       : Objektif adalah informasi yang didapat dari pengamatan
A       : Assement adalah analisa masaklah klien
P        : Planning of action adalah rencana tindakan
I         : Implementasi adalah pelaksanaan tindakan
E        : Evaluasi adalah penilaian dari pelaksanaan tindakan

C   KONSEP PENYAKIT
1.      Penyakit Hipertensi
a.       Pengertian  
Hipertensi  adalah  meningkatnya tekanan darah  baik tekanan  sistolik  dan  diastolik serta  merupakan  suatu  faktor  terjadinya  kompilikasi penyakitt  kardiovaskuler (Soekarsohardi, 1999) 
Hipertensi  adalah  peningkatan   tekanan  darah  sistolik  dan  diastolic  diatas standar  dihubungkan dengan  usia (Gede Yasmin, 1993).
Dari  definisi–definisi  diatas dapat  disimpulkan  bahwa  :
Hipertensi  adalah  peningkatan  tekanan  darah  baik  sistolik  maupun  diastolic  diatas  normal  sesuai   umur  dan  merupakan   salah  satu  faktor  resiko  terjadinya  kompilkasi  penyakit   kardiovaskuler.     
b.      Etiologi
Hipertensi  dapat dikelompokan   dalam dua  kategori :
1)      Hipertensi  primer  artinya  belum  diketahui penyebabnya  yang jelas.
Berbagai  faktor  yang  turut  berperan sebagai  penyebab  hipertensi  seperti  berrtambahnya  usia, faktor  psikologis,  dan keturunan. Sekitar   90  %  hipertensi  tidak diketahui  penyebabnya .
2)      Hipertensi  sekunder  telah  diketahui  penyebabnya  seperti  stenosis  arteri renalis, penyakit parekim ginjal, Koartasio aorta. Hiperaldosteron, pheochromositoma dan pemakaian oral kontrasepsi.
Adapun  faktor  pencetus  hipertensi  seperti, keturunan, jenis  kelamin, umur, kegemukan, lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol  dan  sosial ekonomi (Susi  Purwati, 2000).
c.       Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas menurut Smeltzer (2001) adalah:
1)      Kategori normal, bila tekanan sistolik kurang dari 130 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 85 mmHg.
2)      Kategori normal tinggi, bila tekanan sistolik 130-139 mmHg dan tekanan diastolik 88-89 mmHg.
3)      Hipertensi stadium I (ringan), bila rekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastolic 90-99 mmHg.
4)      Hipertensi stadium III (sedang), bala tekanan sistolik 160-179 mmHg dan tekanan diastolic 110-119 mmHg.
5)      Hipertensi stadium IV (sangat berat), bila tekanan sistolik lebih dari atau sama dengan 210 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan 120 mmHg. 
d.      Patofisiologi.
Jantung adalah  sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan darah  keseluruh  tubuh, tekanan teresebut bergantung pada faktor cardiak output dan  tekanan  peririfer. Pada  keadaan  normal  untuk  memenuhi  kebutuhan  metabolisme jaringan tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan  cardiac   output  dan  tekanan  perifer menurun.
Konsumsi sodium (garam)  yang berlebihan  akan  mengakibatkan  meningkatnya volume cairan dan pre load  sehingga  meningkatkan  cardiak  aouput. Dalam sistim  Renin - Angiotensien  - aldosteron  pada  patogenesis hipertensi, glandula  supra renal  juga  menjadi  faktor  penyebab  oleh  karena  faktor  hormon.
Sistim  Renin  mengubah angiotensin menjadi  angiotensin  I  kemudian angitensin  I  menjad angiotensin  II  oleh  Angitensi  Convertion  Ensym (ACE)
   Angiotensin  II  mempengaruhi  Control  Nervus  Sistim  dan  nervus  pereifer  yang  mengaktifkan  sistim  simpatik  dan  menyebabkan  retensi vaskuler  perifer  meningkat . Disamping  itu  angiotensin II  mempunyai  efek  langsung  terhadap  vaskuler  smoot  untuk  vasokonstruksi  renalis. Hal  tersebut  merangsang  adrenal  untuk  mengeluarkan  aldosteron  yang  akan meningkatkan  extra  Fluid  volume  melalui  retensi  air  dan  natrium. Hal  ini  semua  akan  meningkatkan  tekanan  darah  melalui  peningkatan  cardiac  output. (Jurnalistik international cardiovaskuler, 1999 ).   
Komplikasi yang mungkin  terjadi  akibat  hipertensi  seperti,  penyakit  jantung  koroner, gagal jantung, gagal ginjal, kerusakan mata, dan kerusakan pembuluh darah otak (Sri Rahayu, 2000).
e.        Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa faktor yang perlu  diperhatikan yaitu  keadaan berat badan,  derajat hipertensi, aktifitas dan ada tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi, diperlukan  pengetahuan tentang jumlah kandungan  natrium dalam bahan makanan. Makan biasa  (untuk orang sehat rata-rata mengandung 2800–6000 mg per hari). Sebagian besar  natrium  berasal dari  garam dapur.  
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan tekanan darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan tekanan darah yaitu:
a.       Diet rendah garam
Diet  rendah garam pada 6 gram: ¼-1/2 sendok the, diet dengan mengkonsumsi Makanan tanpa garam dapur mempunyai  kandungan 40% Natrium. Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder,  MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau natrium bensoat biasanya terdapat dalam saos, kecap, selai, jelli, makanan yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan diet pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut :
1)      Jangan menggunakan garam dapur
2)      Hindari makanan awetan seperti kecap, margarie, mentega, keju, trasi, petis, biscuit, ikan asin, sardensis, sosis dan lain-lain.
3)      Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
4)      Hindari penggunaan beking soda atau obat-obatan yang mengandung sodium.
5)      Batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, seperait
b.      Diet rendah kolesterol/lemak.
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan pospolipid. Sekitar 25–50 % kolesterol berasal dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang lewat feses. Beberapa makanan yang mengandung kolesterol tinggi yaitu daging, jeroan, keju keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah menurunkan kadar kolestero serta menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hipertensi adalah :
1)      Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.
2)      Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
3)      Gunakan susu full cream.
4)      Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.
5)      Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang lainnya.
6)      Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup, dodol.
7)      Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.
c.       Diet kalori bila kelebihan berat badan.
 Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut :
1)      Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan 0,5 kg berat badan per minggu.
2)      Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
3)      Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Contoh menu untuk penderita hipertensi :
1 piring nasi (100 gram ), 1 potong daging (50 gram), 1 mangkok sup (130 gram), 1 potong tempe (50 gram), 1 potong pepaya (100 gram).
          d.   Dampak masalah.
1)      Terhadap individu.
a)      Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya oleh penderita. Kurangnya pengetahuan klien terhadap penyakit hipertensi, sebagian besar timbul tanpa gejala yang khas.



b)      Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada penderita hipertensi sering mengalami keluhan kepala pusing dan bila berlangsung lama disertai mual-mual dan muntah.
c)      Psikologi.
Penderita hypertensi biasanya iritabel, mudah marah dan tersinggung.
d)   Pola tidur dan istirahat
Pada klien hipertensi mengalami gangguan tidur sering terbangun karena sering sakit kepala dan tegang pada leher bagian belakang.
e)   Pola persepsi dan pengetahuan.
Pada klien hipertensi sering terjadi kebosanan akan prosedur pengobatan yang lama, diet, olah raga, merokok, minuman beralkohol.
f)       Pada pola tata nilai dan kepercayaan
Klien akan merasa cemas akan kesembuhan penyakitnya dan merasa tidak berdaya dengan keberadaan sekarang.
2)      Terhadap keluarga
a)      Merepotkan dalam  memberikan perawatan, pengaturan diet, mengantar kontrol dan manambah beban biaya hidup yang terus –menerus.
b)      Produktifitas menurun. Apabila hipertensi mengena kepala keluarga yang berperan sebagai pencari nafkah untuk kebutuhan keluarga ,maka akan menghambat kegiatannya sehari-hari untuk kegiatan seperti semula.
c)      Psikologi
Peran kepala akan diganti oleh anggota keluarga yang lain.
3)      Terhadap masyarakat
Dengan adanya klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan terjadi perubahan peran dalam masyarakat  Selain itu akan menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan terjadi ancaman kehilangan salah satu anggotanya.
4)      Pelayanan kesehatan
Mengamati prevalensi penyakit hipertensi yang semakin meningkat maka akan terjadi beban pelayanan kesehatan di masa yang akan datang.
(Brunner Suddarth, 2001). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar