BAB I
A.
KONSEP KELUARGA
1. DEFINISI
KELUARGA
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterkaitan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Suprajitno
(2004)
Menurut Burges dalam Santun Setiawati dan Agus Citra Dermawan (2007),
memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang berorientasi kepada
tradisi, yaitu :
a. Keluarga
terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi.
b. Anggota
sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga atau jika
mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut
sebagai rumah mereka.
c. Anggota
keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial
keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, peran sebagai ayah dan ibu,
peran sebagai anak laki-laki dan anak perempuan.
d. Keluarga
bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur yang diambil
dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
Menurut Bailon
dan Maglaya, keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi
satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu
budaya.
2. TIPE
KELUARGA
Keluarga yang memerlukan pelayanan
kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan
perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat
mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka
perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
1. Tipe
keluarga tradisional
a. The
Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari suami istri dan
anak (kandung atau angkat).
b. The
dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
c. Keluarga
usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia lanjut, sedangkan
anak sudah memisahkan diri.
d. The
childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa disebabkan karena
mengejar karir atau pendidikan.
e. The
Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga
lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
f. Single parent yaitu keluarga yang terdiri dari
satu orang tua dengan anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian).
g. Commuter
family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari
minggu atau libur saja.
h. Multigeneration
family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu
rumah.
i.
Kin-network family,
beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan menggunakan
barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
j.
Blended family,
keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak dari
perkawinan sebelumnya.
k. Single
adult living alone yaitu suatu rumah
tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
2. Tipe
keluarga non tradisiona
a. The
unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa terutama
ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The
Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
c. Commune
family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.
d. The
non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup bersama,
berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
e. Gay
and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex tinggal dalam satu
rumah sebagaimana pasangan suami istri.
f. Cohabitating
couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan
tertentu.
g. Group
marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah,
berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan anak.
h. Group
network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan,
hidup berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab
membesarkan anak.
i.
Foster family, keluarga
yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara.
j.
Homeless family,
keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi
atau problem kesehatan mental.
k. Gang,
Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional,
berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
3. ISTILAH-ISTILAH
DALAM KELUARGA
a. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang
dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan
serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan.
b. Keluarga Berencana
Upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
c. Kualitas keluarga
Kondisi
keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya,
kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang
merupakan dasar untuk mencapai keluarga sejahtera.
d. Kemandirian keluarga
Sikap mental
dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan,
mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan ketahanan keluarga,
mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga,
berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.
e. Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik
sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung
kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri dan
mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan
kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
f. NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu nilai
yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya dalam
diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan
sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin.
Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga
sejahtera terdiri dari:
1) Prasejahtera
Keluarga yang
belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum seluruhnya
terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB
2) Sejahtera I
Keluarga yang
telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB,
interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
3) Sejahtera II
Keluarga yang
telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial psikologisnya
tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi
4) Sejahtera III
Keluarga yang
telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan,
tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau
kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan
aktif dalam kegiatan masyarakat
5) Sejahtera III plus
Keluarga yang
telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, dan
telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
4. STRUKTUR
KELUARGA
Menurut Johan R dan Leny R (2010) dalam
bukunya Keperawatan Keluarga menyatakan struktur keluarga yang ada di
Indonesia, yaitu :
a. Patrilineal
: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
: keluarga sedarah terdiri
dari sanak saudara beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal
: seseorang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e.
Keluarga kawinan :
hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.
Dalam buku Asuhan Keperawatan
Keluarga Suprajitno (2004) menyatakan tentang struktur keluarga, gambaran
keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya, dan empat
elemen struktur keluarga, yaitu :
a. Struktur
peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga sendiri
dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal.
b. Nilai
atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini
oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
c. Pola
komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-ibu
(orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain
(pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
d. Struktur
kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi
dan mengendalikan orang lain untuk mengubah prilaku keluarga yang mendukung
kesehatan.
5. FUNGSI
KELUARGA
Friedman 1986 mengidentifikasi lima
fungsi dasar keluarga yaitu:
a. Fungsi
afektif
Berhubungan
erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga.
Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilanm elaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga.
Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu
dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi afektif adalah:
1) Saling
mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih sayang dang dukungan
dari anggota yang lain maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi
hubungan dengan orang lain diliar keluarga atau masyarakat.
2) Saling
menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan
hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka
fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan
dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.
Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tuan harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru
perilaku yang positif tersebut
Fungsi
afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan
keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif
keluarga tidak terpenuhi.
b.
Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan
perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar
berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan
perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga
belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi dengan keluarga.
c.
Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d.
Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga
untuk memenuhi kebutuhan semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan,
tempat tinggal dan lain sebagainya.
e.
Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan
praktek asuhan kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau
merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
6. TAHAP
PERKEMBANGAN DAN TUGAS KELUARGA
Menurut Suprajitno (2004) dalam
bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga menyebutkan tahapan-tahapan
perkembangan keluarga,
tahap-tahap perkembangan kehidupan keluarga yang paling banyak digunakan adalah
delapan model perkembangan siklus kehidupan keluarga, yaitu:
:
a.
Tahap I : Keluarga pemula (Beginning family)
Perkawinan dari sepasang insan
menandai bermulanya sebuah keluarga baru, keluarga yang menikah atau prokreasi
dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang kehubungan baru yang
intim. Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan
keluarga, yaitu :
1)
Membangun perkawinan yang
saling memuaskan.
2)
Menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis.
3)
Keluarga berencana (keputusan
tentang kedudukan sebagai orang tua).
b.
Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
Dimulai dari kelahiran anak pertama
hingga bayi berusia 30 bulan. Biasanya orang tua tergetar hatinya dengan
kelahiran anak pertama mereka, tapi agak takut juga. Kekawatiran akan hilang
dalam beberapa hari karena ibu dan bayi mulai saling mengenal.
Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap
siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)
Membentuk unit muda sebagai
yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).
2)
Rekonsiliasi tugas-tugas
perkembangan yang bertentangan dengan kebutuhan anggota keluarga.
3)
Mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan.
4)
Memperluas persahabatan dengan
keluarga besar dengan menambah peran-peran orang tua dan kakek serta nenek
c.
Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah
Siklus kehidupan dimulai ketika anak
pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga
mungkin terdiri dari tiga atau lima orang, keluarga menjadi lebih majemuk.
Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan
keluarga, yaitu :
1)
Memenuhi kebutuhan anggota
seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan.
2)
Mensosialisasikan anak.
3)
Mengintegrasikan anak yang baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.
4)
Mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak).
d.
Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
Dimulai ketika anak pertama telah
berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun,
awal dari masa remaja. Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap
siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)
Mensosialisasikan anak-anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya yang sehat.
2)
Mempertahankan hubungan perkawinan
yang memuaskan.
3)
Memenuhi kebutuhan kesehatan
fisik anggota keluarga.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak
remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13
tahun, tahap kelima dari siklus kehidupan dimulai. Tahap ini berlangsung selama
6-7 tahun, anak masih tinggal dirumah hingga berumur 19-20 tahun. Tugas-tugas
perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)
Menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.
2)
Menfokuskan kembali hubungan
perkawinan.
3)
Berkomunikasi trbuka antara
orang tua dan anak-anak.
f. Tahap VI : Keluarga melepas anak
dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan
keluarga ini ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan
berakhir dengan rumah kosong ketika akhirnya anak terakhir meninggalkan rumah.
Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan tahap siklus kehidupan
keluarga, yaitu :
1)
Memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan
anak-anak.
2)
Melanjutkan untuk memperbaharui
dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.
3)
Membantu orang tua lanjut usia
dan sakit-sakitan dari suami istri.
g. Tahap VII : Orang tua usia
pertengahan
Dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun. Orang tua memasuki usia
45-55. Tugas-tugas perkembangan siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)
Menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan.
2)
Mempertahankan hubungan yang
memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.
3)
Memperkokoh hubungan
perkawinan.
h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa
pensiun dan lansia
Tahap terakhir dari siklus kehidupan
keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun,
terus brlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan
pasangan lain yang meninggal. Tugas-tugas perkembangan keluarga sesuai dengan
tahap siklus kehidupan keluarga, yaitu :
1)
Mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan.
2)
Menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun.
3)
Mempertahankan hubungan
perkawinan.
4)
Menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan.
5)
Mempertahankan ikatan antar
generasi.
6)
Meneruskan untuk memahami
eksistensi mereka.
B KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, pengumpulan data dalam proses keperawatan dilakukan dengan cara :
1.
Observasi
Metode pengumpulan
data dimana data dikumpulkan melalui observasi visual melalui indera yang berlangsung terus-menerus, dimana data
yang dikumpulkan harus obyektif dan harus dicatat apa adanya (bukan penafsiran
sendiri), diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya
ventilasi, penerangan, kebersihan dan sebagainya.
2.
Wawancara
Suatu pembicaraan
terarah, percakapan dengan maksud pengumpulan data, dan dapat dilakukan secara
formal dan informal, dimana perlu tekhnik khusus, dan otoritas yang kita
gunakan sesedikit mungkin, misalnya pemeriksaan fisik, mental, sosial budaya,
ekonomi, kebiasaan, lingkungan dan sebagainya.
3.
Studi
dokumentasi
Mengumpulkan
data-data yang berhubungan dengan materi pembahasan seperti data dari
puskesmas, data perkembangan kesehatan anak (KMS), kartu keluarga dan
catatan-catatan kesehatan lainnya.
4.
Pemeriksaan
fisik
Cara pengumpulan
data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi serta pemeriksaan
tanda-tanda vital.
Proses keperawatan keluarga terdiri pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang selalu terdokumentasi. Secara
terperinci, proses keperawatan yaitu :
1.
Pengkajian
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya
Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik dinyatakan, pengkajian adalah tahap awal dari proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh
karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap dan sesuai dengan kenyataan
sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dari American Nursing Assosiation (ANA).
Menurut Suprajitno (2004) dalam
bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga, menyatakan
beberapa hal yang perlu dilakukan pada pengkajian, yaitu::
a. Membina hubungan yang baik anatara perawat dan klien
(keluarga) merupakan modal utama untuk melaksanakan asuhan keperawatan.
Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan strategi perawat untuk
memberikan bantuan kepada klien untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya.
1)
1Diawali dengan
perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah.
2)
Menjelaskan tujuan
kunjungan.
3)
Meyakinkan keluarga
bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga menyelsaikan masalah
kesehatan yang ada.
4)
Menjelaskan luas
kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan, dan menjelaskan kepada
keluarga tentang tim kesehatan lainnya yang menjadi jaringan perawat.
b. Pengkajian ini berfokus sesuai data yang diperoleh dari
unit layanan kesehatan.
c. Pengkajian lanjutan, yaitu : tahap pengkajian untuk
memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang
berorientasi pada pengkajian awal. Disini perawat mengungkapkan keadaan
keluarga hingga penyebab dari masalah kesehatan yang paling mendasar.
Menurut suprajitno (2004) dalam
bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga, data yang dikajian dalam asuhan
keperawatan keluarga yaitu :
a.
Berkaitan dengan
keluarga
1)
Data demografi dan
sosiokultural
2)
Data lingkungan
3)
Struktur dan fungsi
keluarga
4)
Stres dan koping
keluarga yang digunakan keluarga
5)
Perkembangan
keluarga
b.
Berkaitan dengan
individu sebagai anggota keluarga
1)
Fisik
2)
Mental
3)
Emosi
4)
Sosial
5)
Spritual
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya
Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, ada tiga metode yang digunakan dalam pengumpulan
data pada tahap pengkajian, yaitu :
1)
Komunikasi
Interaksi perawat dengan klien
harus berdasarkan komunikasi. Istilah
komunikasi terapeutik adalah suatu tehnik dimana usaha mengajak klien dan
keluarga untuk menukar pikiran dan perasaan.
2)
Observasi
Tahap kedua pengumpulan data
adalah dengan observasi. Observasi adalah mengamati perilaku, keadaan klien
dan lingkungan.
3)
Pemeriksaan
fisik
Empat tehnik dalam pemeriksaan
fisik, yaitu :
a)
Inspeksi adalah suatu proses
observasi yang dilaksanakan secara sistematik. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan
indra penglihatan,dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data.
b)
Palpasi
adalah suatu tehnik menggunakan indra peraba.Tangan dan jari adalah suatu
instrument yang sensitif yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang :
temperatur, tugor, bentuk, kelembaban, vibrasi, dan ukuran.
c)
Perkusi adalah suatu
pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri kanan pada setiap permukaan
tubuh dengan tujuan menghasilkan suara.
d) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan
dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan
stetoskop.
Menurut Sri Setyowati dan Arita
Murwani (2008) dalam bukunya Asuhan Keperawatn Keluarga, hal-hal yang perlu
digali dalam pengkajian antara lain :
a. Pengumpulan data
1) Data umum
a)
Nama
KK, Alamat dan telpon
b)
Komposisi
keluarga (dilengkapi genogram 3 generasi)
c)
Tipe
keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut.
d)
Suku
bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
e)
Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
f)
Status
sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi ditentukan oleh pendapatan baik
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status ekonomi
keluarga ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan serta
barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
g)
Aktivitas
rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga
pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan
menonton TV dan mendengar radio juga merupakan aktivitas rekreasi.
2)
Riwayat
dan tahap perkembangan keluarga
a)
Tahap
perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga tertinggi saat ini dicapai
oleh keluarga, misalnya anggota keluarga terdiri dari lansia, remaja, balita,
maka tahap perkembangan keluarga saat ini adalah lansia (bila lansia ikut
dengan keluarga) tetapi bila tidak maka tahapannya adalah keluarga dengan
remaja.
b)
Tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala.
c)
Riwayat
keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti,
yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, pencegahan penyakit, pelayanan kesehatan.
d)
Riwayat
keluarga sebelumnya
Meliputi data-data tentang riwayat orang tua dari pihak
suami maupun isteri. Lingkungan
e)
Karateristik
rumah
Karakteristik rumah diidentifikasikan dengan melihat luas
rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan
sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
f)
Karateristik
tetangga dan komunitas RT
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan
komunitas setempat.
g)
Mobilitas
geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
h)
Perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga
berinteraksi dengan masyarakat.
i)
Sistem
pendukung keluarga
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis
atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari
masyarakat setempat.
3)
Struktur
keluarga
a)
Pola
komunikasi
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota
keluarga.
b)
Struktur
kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk merubah perilaku.
c)
Struktur
peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
d)
Nilai
dan norma keluarga
Meliputi data tentang nilai-nilai, norma yang dianut
keluarga, misalnya keluarga menerapkan aturan agar setiap anggota keluarga
sudah berada dirumah sebelum magrib.
4)
Fungsi
keluarga
a)
Fungsi
afektif
Gambaran anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya,
b)
Fungsi
sosialis
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku.
c)
Fungsi
keperawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana
pengetahuan keluarga mengenai konsep sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di dalam
melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota
yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan
setempat.
d)
Fungsi
reproduksi
Fungsi reproduksi keluarga berapa jumlah anak, bagaimana
keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa yang digunakan
keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga.
e)
Fungsi
ekonomi
Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan, sejauh mana
keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan
status kesehatan keluarga.
5)
Stres
dan koping keluarga
a)
Stresor
jangka pendek dan jangka panjang
-
Stressor
jangka pendek yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6
bulan.
-
Stressor
jangka panjang yaitu stressor yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih
dari 6 bulan.
b)
Kemampuan
keluarga berespon terhadap masalah
Hal yang eprlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon
terhadap situasi/stressor.
c)
Strategi
koping
Strategi apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
d)
Strategi
adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga apabila menghadapi permasalahan.
6)
Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik.
7)
Harapan
keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
8) Dasar data pengkajian pasien Kanker
berdasarkan Doenges (2000) yaitu :
a)
Aktivitas dan istirahat
Gejala : Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur.
b)
Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja, perubahan pada
tekanan darah (hipotensi)
c)
Integritas ego
Gejala : Faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang
perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah
d)
Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinarius
Tanda : Perubahan pada bising usus, distensi abdomen
e)
Makanan dan cairan
Gejala : Kebiasaan Diet buruk, anoreksia, intoleransi aktivitas, perubahan
pada berat badan
Tanda : Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit, edema
f)
Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope
g)
Nyeri dan kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri atau derajat bervariasi
h)
Pernapasan
Gejala : Merokok
i)
Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi
j)
Seksualitas
Gejala : Masalah seksual, pasangan seks multiple
k)
Interaksi sosial
Gejala : Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung, riwayat perkawinan
l)
Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, riwayat pengobatan
b.
Analisa
data
Bailon dan Maglay (1989) dalam bukunya Perawatan
Kesehatan Keluarga menyatakan tiga norma perkembangan kesehatan, yaitu
:
1)
Keadaan
kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
2)
Keadaan
rumah dan sanitasi lingkungan
3)
Karateristik
keluarga
2. Diagnosis Keperawatan
Menurut Sprajitno (2004) dalam bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga,
perumusan diagnosis keperawatan menggunakan aturan yang telah disepakati,
terdiri dari :
a. Masalah (P) adalah menjelaskan status kesehatan atau
masalah
kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin.
b. Penyebab (E) atau etiologi adalah faktor
klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi
perkembangan masalah.
c. Tanda atau gejala (S) adalah data-data
subjektif dan objektif yang ditemukan sebagai komponen pandukung terhadap
diagnosis keperawatan actual dan risiko.
Diagnosis keperawatan
menurut Nursalam (2001) adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respon manusia dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan, membatasi, mencegah dan merubah.
a. Penilaian
(skoring) diagnosis keperawatan menurut
Bailon dan Maglaya (1978) sebagai
berikut :
NO
|
Kriteria
|
Skor
|
Bobot
|
1
|
Sifat Masalah Tidak/kurang sehat Ancaman kesehatan -Krisis atau keadaan sejahtera |
3
2
1
|
1
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat diubah Dengan mudah Hanya sebagian Tidak dapat |
2
1
0
|
2
|
3
|
Potensial masalah untuk dicegah Tinggi Cukup Rendah |
3
2
1
|
1
|
4
|
Menonjolkan masalah Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah, tetapi tidak segera ditangani Masalah tidak dirasakan |
2
1
0
|
1
|
Proses skoring dilakukan untuk setiap
diagnosis keperawatan :
1. Tentukan skornya sesuai dengan
kriteria yang dibuat perawat.
2. Skor dibagi dengan skor tertinggi dan
dikalikan dengan bobot.
x Bobot
3. Jumlahkan skor untuk semua criteria skor tertinggi adalah 5.
b. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi penentuan proritas
1)
Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat
dikelompokkan ke dalam tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih
tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasanya
masalahnya dirasakan atau disadari oleh keluarga.
2)
Kemungkinan
masalah dapat diubah
Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan skor kemungkinan masalah dapat diperbaiki adalah
:
a)
Pengetahuan
dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah
b)
Sumber-sumber
yang ada pada keluarga, baik dalam bentuk fisik, keuangan atau tenaga
c)
Sumber-sumber
dari perawatan, misal dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan, dan waktu
d) Sumber-sumber di masyarakat, dan dukungan
sosial masyarakat
3)
Potensi masalah dapat dicegah
Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi masalah bisa dicegah adalah
sebagai berikut :
a)
Kepelikan
dari masalah, berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosis penyakit atau
kemungkinan mengubah masalah. Umumnya makin berat masalah tersebut makin
sedikit kemungkinan untuk mengubah atau mencegah sehingga makin kecil potensi
masalah yang akan timbul
b)
Lamanya
masalah, hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya
lamanya masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bisa dicegah
c)
Kelompok risiko, adanya
kelompok risiko tinggi atau kelompok yang peka atau rawan, hal ini menambah
masalah bisa dicegah
4)
Menonjolnya masalah merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah mengenai
beratnya masalah serta mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal ini yang perlu
diperhatikan dalam memeberikan skor pada cerita ini, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga tersebut menilai masalah dan perlu untuk
menangani segera, maka harus diberi skor tinggi.
Diagnosis keperawatan menurut Nursalam
(2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik
dapat dibedakan menjadi 5 kategori yaitu :
a.
Aktual yaitu menjelaskan
masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan.
b.
Risiko yaitu menjelaskan
masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi.
c.
Potensial yaitu menjelaskan
bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan
kemungkinan. Pada keadaan ini masalah dan faktor pendukung belum ada tapi sudah
ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.
d.
Diagnosis keperawatan (Wellness)
adalah keputusan klinis tentang keadaan individu, keluarga dan masyarakat dalam
transisi dari tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e.
Diagnosis keperawatan (Syndrome)
adalah diagnosis yang terdiri dari kelompok diagnosis keperawatan aktual dan
risiko tinggi yang diperkirakan akan muncul atau timbul karena suatu kejadian
atau situasi tertentu.
Menurut Suprajitno (2004) dalam
bukunya Asuhan Keperawatan Keluarga menyatakan bahwa tipologi diagnosis
keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang
dialami oleh keluarga dan memperlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
b. Diagnosis risiko atau risiko tinggi adalah masalah
keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan
aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan
perawat.
c. Daiagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari
keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan.
Perumusan diagnosis keperawatan
keluarga menurut Suprajitno (2004)
menggunakaan aturan yang telah disepakati, terdiri dari :
a. Masalah (P) adalah suatu
pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota keluarga.
b. Penyebab adalah
(E) suatu pernyataaan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima
tugas keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat, merawat
anggota keluarga, memelihara lingkungan, atau memanfaatkan fasilitas pelayanaan
kesehatan.
c. Tanda atau gejalan
(S) adalah sekumpulan data
subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari
keluarga secara langsung atau tidak yang mendukung masalah dan penyebab.
Menurut Bailon dan Maglaya
(1978), etiologi pada diagnosis keperawatan keluarga menggunakan lima sekala
ketidak kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan keperawatan, yaitu :
a.
Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena :
1)
Kurang
pengetahuan atau ketidaktahuan fakta
2)
Rasa
takut akibat maslah yang diketahui
3)
Sikap
dan falsafah hidup
b.
Ketidakmampuan
dalam mengambil keputusan yang tepat untuk melaksanakan tindakan, disebabkan
karena :
1)
Tidak
memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah
2)
Masalah
kesehatan tidak begitu menonjol
3)
Keluarga
tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan, dan kurangnya
sumberdaya keluarga
4)
Tidak
sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
5)
Ketidakcocokan
pendapat dari keluarga
6)
Tidak
mengetahui fasilitas kesehatan yang ada
7)
Takut
dari tindakan yang dilakukan
8)
Sikap
negatif terhadap tindakan petugas atau lembaga kesehatan
9)
Kesalahan
informasi terhadap tindakan yang dilakukan
c.
Ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena :
1)
Tidak
mengetahui keadaan penyakit
2)
Tidak
mengetahui tentang perkembangan perawat yang
dibutuhkan
3)
Kurang
atau tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
4)
Tidak seimbangnya sumber-sumber
yang ada dalam keluarga
5)
Sikap negatif terhadap penyakit
6)
Konflik individu dalam keluarga
7)
Sikap dan pandangan hidup
8)
Perilaku
yang mementingkan diri sendiri
d.
Ketidakmampuan
keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang kondusif yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan
karena :
1)
Sumber-sumber
keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan, tanggung jawab atau wewenang,
keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat
2)
Kurang
dapat mellihat untung dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah
3)
Ketidaktahuan
pentingnya sanitasi lingkungan
4)
Konflik
personal dalam keuarga
5)
Ketidaktahuan
tentang usaha pencegahan penyakit
6)
Sikap
dan pandangan hidup
7)
Ketidakkompakan
keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh
terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
e.
Ketidakmampuan
keluarga dalam menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena :
1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu
ada
2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
3) Kurang percaya terhadap petugas kesehatan
atau lembaga kesehatan
4) Pengalaman yang kurang baik dari petugas
5) Rasa takut pada akibat tindakan
6) Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
7) Rasa asing dan tidak ada dukungan dari
masyarakat
3. Perencanaan
Menurut Nursalam (2008) dalam bukunya
Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, perencanaan meliputi pengembangan strategi desain
untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi maslah-masalah yang
diidentifikasikan pada diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan
diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Kualitas rencana keperawatan dapat menjamin sukses dan keberhasilan rencana
keperawatan, yaitu :
a.
Penentuan masalah kesehatan dan
keperawatan yang jelas dan didasarkan kepada analisa yang menyeluruh tentang
masalah.
b.
Rencana yang realistis, artinya
dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c.
Sesuai dengan tujuan dan
falsafah keperawatan.
d.
Rencana keperawatan dibuat
bersama keluarga dalam:
1)
Menentukan masalah dan
kebutuhan perawatan keluarga.
2)
Menentukan prioritas masalah.
3)
Memilih tindakan yang tepat.
4)
Pelaksanaan tindakan.
5)
Penilaian hasil tindakan.
e.
Dibuat secara tertulis.
Menurut
Friedman dalam Bailon dan Maglaya (1978) proses dalam
pengembangan rencana keperawatan keluarga menyangkut penggunaan metode solving
atau pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa bagian :
a.
Menentukan masalah
b.
Sasaran dan tujuan
c. Rencana tindakan
d. Rencana untuk mengevaluasi perawatan.
4.
Pelaksanaan
Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam
bukunya Asuhan Keperawatn Keluarga, menyebutkan tindakan keperawatan keluarga
mencakup hal-hal berikut, yaitu :
a.
Menstimulasi kesadaran atau
penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara
memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan,
serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk
memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi
untuk tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki
keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan.
c.
Memberikan
kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara
mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di
rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.
d.
Membantu keluarga untuk menemukan cara
membuat lingkungan yang menjadi sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang
dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungklin.
e.
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan dengan cara mengendalikan fasilitas kesehatan yang ada
dilingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas tersebut.
Menurut Sri Setyowati dan Arita Murwani (2008) dalam
bukunya Asuhan Keperawatn Keluarga, menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan
pada saat melakukan tindakan keperawatan keluarga antara lain :
a. Partisipasi keluarga, mengikutsertakan anggota keluarga
dalam sesi-sesi konseling, suportif, dan pendidikan kesehatan.
b. Penyuluhan, upaya-upaya untuk memberikan pengalaman
belajar atau terciptanya suatu kondisi bagi perorangan, kelompok atau
masyarakat untuk menerapkan cara-cara hidup sehat.
c. Konseling, yaitu pembimbingan dalam proses memberikan
dukungan bagi anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.
d. Kontrak, persetujuan kerja antara kedua belah pihak yaitu
kesepakatan antara keluarga dan perawat dalam kesepakan dalam asuhan keperawatan.
e. Managment kasus yaitu strategi dan proses pengambilan
keputusan melalui langkah pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (rujukan,
koordinasi dan advokasi)
f. Kolaburasi, kerjasama perawat bersama tim kesehatan yang
lain dan merencanakan perawatan yang berpusat pada keluarga.
g. Konsultasi, merupakan kegiatan untuk memberikan
pendidikan kesehatan.
Menurut Nursalam (2008) asuhan keperawatan dibedakan
berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara prefesional
sebagaimana terdapat dalam standar praktik keperawatan, yaitu :
a.
Independen. Asuhan
keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa
petunjuk dan interaksi dari dokter atau profesi lain.
b.
Interdependen.
Asuhan keperawatan interdependen menjelaskan kegiatatan yang memperlukan kerja
sama dengan profesi kesehatan lain, seperti ahli gizi, fisioterapi, atau dokter.
c.
Dependen. Asuhan
keperawatan dependen berhubungan dengan pelaksanaan secara tindakan medis. Cara
tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilakukan.
5.
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosis keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai.
Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealfaan” yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan tindakan Nursalam (2008).
Dalam Nursalam (2008) dalam bukunya Proses dan Dokumentasi Keperawatan
Konsep dan Praktik, dinyatakan evaluasi sebagai
sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status
kesehatan klien. Dengan mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu
tujuan, maka perawat bisa menentukan efektifitas tindakan keperawatan. Evaluasi kualitas asuhan keperawatan dapat dilakukan
dengan :.
a.
Evaluasi proses,
fokus pada evaluasi proses adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus segera
dilaksanakan setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu
menilai efektifitas interfrensi tersebut.
b.
Evaluasi hasil,
fokus efaluasi hasil adalah prubahan prilaku atau status kesehatan klien pada
akhir asuhan keperawatan, bersifat objektif, feksibel, dan efesiensi.
6.
Dokumentasi
Menurut Nursalam 2008 dalam bukunya Proses dan
Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, perawat
mendokumentasikan hasil yang telah atau belum dicapai pada “medical record“.
Penggunaan istilah yang tepat perlu ditekankan pada penulisannya, untuk
menghindari salah persepsi dan kejelasan dalam menyusun tindakan keperawatan
lebih lanjut. Dokumentasi keperawatan
merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan
catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang
akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. Kegunaan dokumentasi
adalah :
a.
Sebagai alat komunikasi antar
anggota keperawatan dan antar anggota tim kesehatan lainnya.
b.
Sebagai dokumentasi resmi dalam
system pelayanan kesehatan.
c.
Dapat digunakan alat bahan
penelitian dalam bidang keperawatan.
d.
Sebagai alat yang dapat
digunakan dalam bidang pendidikan keperawatan.
e.
Sebagai alat pertanggungjawaban
dan pertanggunggugatan asuhan keperawatan yang diberikan terhadap pasien.
Keterampilan standar
dokumentasi merupakan ketrampilan untuk dapat memenuhi dan melaksanakan standar
dokumentasi yang telah ditetapkan dengan tepat. Keterampilan tersebut antara
lain keterampilan dalam memenuhi standar dokumentasi pengkajian, diagnosis,
rencana, pelaksanaan, dan evaluasi keperawata.
a.
Dokumentasi pengkajian
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil
pengkajian yang dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari klien, membuat
data dasar tentang klien,dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien.
Jenis dokumentasi pengkajian :
1)
Pengkajian awal (Initial
Assesment)
Pengkajian awal dilakukan ketika pasien masuk ke rumah
sakit.
2)
Pengkajian kontinue (Ongoing
Assesment)
Pengkajian kontinue merupakan pengembangan data dasar.
Informasi yang diperoleh dari pasien selama pengkajian awal dan informasi
tambahan (berupa tes diagnostic dan sumber lain) diperlukan untuk menegakan
diagnosis.
3)
Pengkajian ulang
Data pengkajian ulang merupakan pengkajian yang didapat
dari informasi selama evaluasi.
b.
Dokumentasi diagnosis
keperawatan
Dalam melakukan pencatatan diagnosis
keperawatan digunakan pedoman yaitu :
1)
Gunakan format PES untuk semua
masalah aktual dan PE untuk masalah risiko.
2)
Catat diagnosis keperawatan
risiko dan risiko tinggi ke dalam masalah atau format diagnosis keperawatan.
3)
Gunakan istilah diagnosis
keperawatan yang dibuat dari sumber- sumber diagnosis keperawatan.
4)
Gunakan diagnosis keperawatan
sebagai pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.
c.
Dokumentasi rencana
keperawatan
Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan
keperawatan tentang penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilakukan. Secara umum pedoman untuk rencana keperawatan yang efektif adalah
sebagai berikut :
1)
Sebelum menulis, cek sumber
informasi data.
2)
Buat rencana keperawatan yang
mudah dimengerti.
3)
Tulisan harus jelas, spesifik,
dapat diukur, dan kriteria hasil sesuai dengan identifikasi masalah.
4)
Memulai instruksikan perawatan
harus menggunakan kata kerja seperti catat, informasikan dan lain- lain.
5)
Gunakan pena tinta dalam
menulis untuk mencegah penghapusan tulisan atau tidak jelasnya tulisan.
d.
Dokumentasi implementasi
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang
tindakan yang diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat
pelaksanaan rencana perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan
keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif. Beberapa pedoman yang dipakai
dalam pencatatan intervensi keperawatan adalah:
1)
Gunakan deskripsi tindakan
untuk menentukan apa yang telah dikerjakan.
2)
Berikan keamanan, kenyamanan,
dan perhatikan faktor lingkungan pasien dalam memberikan intervensi
keperawatan.
3)
Catat waktu dan orang yang
bertanggung jawab dalam memberikan
intervensi.
4)
Catat prosedur yang tepat.
e.
Dokumentasi evaluasi
Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi
kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai.Evaluasi bertujuan untuk menilai
keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil
tindakan keperawatan.
1) Pendokumentasian
dengan menggunakan DAR
Semua masalah klien
diidentifikasi dalam catatan keperawatan dan terlihat pada rencana keperawatan.
Kolom focus dapat berisi :
D : (data) masalah klien
A : (action) tindakan
R : respon klien
Merupakan
system dokumentasi dengan konstruksi data tindakan dan evaluasi dimana setiap
diagnose keperawatan diidentifikasi dalam catatan perawatan, terkait pada
rencana keprawatan atau setiap daftar masalah dari setiap catatan perawat
dengan suau diagnose keperawatan.
2) Pendokumentasian
dengan menggunakan SOAPIE :
S :
Subjektif adalah informasi yang didapat dipasien
O
: Objektif adalah informasi yang didapat dari pengamatan
A
: Assement adalah analisa masaklah klien
P
: Planning of action adalah rencana tindakan
I :
Implementasi adalah pelaksanaan tindakan
E :
Evaluasi adalah penilaian dari pelaksanaan tindakan
C KONSEP PENYAKIT
1.
Penyakit Hipertensi
a.
Pengertian
Hipertensi adalah
meningkatnya tekanan darah baik
tekanan sistolik dan
diastolik serta merupakan suatu
faktor terjadinya kompilikasi penyakitt kardiovaskuler (Soekarsohardi, 1999)
Hipertensi
adalah peningkatan tekanan
darah sistolik dan
diastolic diatas standar dihubungkan dengan usia (Gede Yasmin, 1993).
Dari
definisi–definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa
:
Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah
baik sistolik maupun
diastolic diatas normal
sesuai umur dan
merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya
kompilkasi penyakit kardiovaskuler.
b.
Etiologi
Hipertensi dapat dikelompokan dalam dua
kategori :
1)
Hipertensi primer
artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas.
Berbagai
faktor yang turut
berperan sebagai penyebab hipertensi
seperti berrtambahnya usia, faktor
psikologis, dan keturunan.
Sekitar 90 %
hipertensi tidak diketahui penyebabnya .
2)
Hipertensi sekunder
telah diketahui penyebabnya
seperti stenosis arteri renalis, penyakit parekim ginjal,
Koartasio aorta. Hiperaldosteron, pheochromositoma dan pemakaian oral
kontrasepsi.
Adapun
faktor pencetus hipertensi
seperti, keturunan, jenis
kelamin, umur, kegemukan, lingkungan, pekerjaan, merokok, alcohol dan
sosial ekonomi (Susi Purwati,
2000).
c.
Klasifikasi tekanan darah orang
dewasa berusia 18 tahun keatas menurut Smeltzer (2001) adalah:
1)
Kategori normal, bila tekanan
sistolik kurang dari 130 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 85 mmHg.
2)
Kategori normal tinggi, bila
tekanan sistolik 130-139 mmHg dan tekanan diastolik 88-89 mmHg.
3)
Hipertensi stadium I (ringan),
bila rekanan sistolik 140-159 mmHg dan tekanan diastolic 90-99 mmHg.
4)
Hipertensi stadium III
(sedang), bala tekanan sistolik 160-179 mmHg dan tekanan diastolic 110-119
mmHg.
5)
Hipertensi stadium IV (sangat
berat), bila tekanan sistolik lebih dari atau sama dengan 210 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari atau sama dengan 120 mmHg.
d.
Patofisiologi.
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan
darah keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada
faktor cardiak output dan tekanan peririfer. Pada keadaan
normal untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan
tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan
cardiac output dan
tekanan perifer menurun.
Konsumsi sodium (garam) yang berlebihan akan
mengakibatkan meningkatnya volume
cairan dan pre load sehingga meningkatkan
cardiak aouput. Dalam sistim Renin - Angiotensien - aldosteron
pada patogenesis hipertensi,
glandula supra renal juga
menjadi faktor penyebab
oleh karena faktor
hormon.
Sistim Renin
mengubah angiotensin menjadi
angiotensin I kemudian angitensin I
menjad angiotensin II oleh
Angitensi Convertion Ensym (ACE)
Angiotensin II mempengaruhi
Control Nervus Sistim
dan nervus pereifer
yang mengaktifkan sistim
simpatik dan menyebabkan
retensi vaskuler perifer meningkat . Disamping itu
angiotensin II mempunyai efek
langsung terhadap vaskuler
smoot untuk vasokonstruksi renalis. Hal
tersebut merangsang adrenal
untuk mengeluarkan aldosteron
yang akan meningkatkan extra
Fluid volume melalui
retensi air dan
natrium. Hal ini semua
akan meningkatkan tekanan
darah melalui peningkatan
cardiac output. (Jurnalistik
international cardiovaskuler, 1999 ).
Komplikasi yang mungkin terjadi
akibat hipertensi seperti,
penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal,
kerusakan mata, dan kerusakan pembuluh darah otak (Sri Rahayu, 2000).
e.
Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk
penderita hipertensi ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat hipertensi, aktifitas dan ada
tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi pada penderita hipertensi, diperlukan pengetahuan tentang jumlah kandungan natrium dalam bahan makanan. Makan biasa (untuk orang sehat rata-rata mengandung
2800–6000 mg per hari). Sebagian besar
natrium berasal dari garam dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi
harus selalu memonitor kadaan tekanan darah serta cara pengaturan makanan
sehari-hari. Secara garis besar ada 4 (empat) macam diit untuk menanggulangi
atau minimal mempertahankan tekanan darah yaitu:
a.
Diet rendah garam
Diet rendah garam
pada 6 gram: ¼-1/2 sendok the, diet dengan mengkonsumsi Makanan tanpa garam
dapur mempunyai kandungan 40% Natrium.
Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder, MSG (Mono Sodium Glutamat),
pengawet makanan atau natrium bensoat biasanya terdapat dalam saos, kecap,
selai, jelli, makanan yang terbuat dari mentega.
Penderita tekanan darah tinggi yang sedang menjalankan
diet pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut :
1)
Jangan menggunakan garam dapur
2)
Hindari makanan awetan seperti
kecap, margarie, mentega, keju, trasi, petis, biscuit, ikan asin, sardensis,
sosis dan lain-lain.
3)
Hindari bahan makanan yang
diolah dengan menggunakan bahan makanan tambahan atau penyedap rasa seperti
saos.
4)
Hindari penggunaan beking soda
atau obat-obatan yang mengandung sodium.
5)
Batasi minuman yang bersoda
seperti cocacola, fanta, seperait
b.
Diet rendah kolesterol/lemak.
Didalam tubuh terdapat tiga bagian
lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan pospolipid. Sekitar 25–50 %
kolesterol berasal dari makanan dapat diarsorbsi oleh tubuh sisanya akan
dibuang lewat feses. Beberapa makanan yang mengandung kolesterol tinggi yaitu
daging, jeroan, keju keras, susu, kuning telur, ginjal, kepiting, hati dan
kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah menurunkan kadar kolestero serta
menurunkan berat badan bila gemuk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
mengatur nutrisi pada hipertensi adalah :
1)
Hindari penggunaan minyak
kelapa, lemak, margarine dan mentega.
2)
Batasi konsumsi daging, hati,
limpa dan jenis jeroan.
3)
Gunakan susu full cream.
4)
Batasi konsumsi kuning telur,
paling banyak tiga butir per minggu.
5)
Lebih sering mengkonsumsi tahu,
tempe, dan jenis kacang-kacang lainnya.
6)
Batasi penggunaan gula dan
makanan yang manis-manis seperti sirup, dodol.
7)
Lebih banyak mengkonsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan.
c.
Diet kalori bila kelebihan
berat badan.
Hipertensi tidak
mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski demikian orang yang kelebihan
berat badan akan beresiko tinggi terkena hipertensi. Salah satu cara untuk
menanggulanginya dengan melakukan diet rendah kalori, agar berat badannya
menurun hingga normal. Dalam pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut
:
1)
Asupan kalori dikurangi sekitar
25 % dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan 0,5 kg berat badan
per minggu.
2)
Menu makanan harus seimbang dan
memenuhi kebutuhan zat gizi.
3)
Perlu dilakukan aktifitas olah
raga ringan.
Contoh menu untuk penderita hipertensi :
1 piring nasi (100 gram ), 1 potong daging (50 gram), 1
mangkok sup (130 gram), 1 potong tempe (50 gram), 1 potong pepaya (100 gram).
d.
Dampak masalah.
1)
Terhadap individu.
a)
Pola persepsi dan tata laksana
hidup sehat.
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak diketahui
penyebabnya oleh penderita. Kurangnya pengetahuan klien terhadap penyakit
hipertensi, sebagian besar timbul tanpa gejala yang khas.
b)
Pola nutrisi dan metabolisme.
Pada penderita hipertensi sering mengalami keluhan
kepala pusing dan bila berlangsung lama disertai mual-mual dan muntah.
c)
Psikologi.
Penderita hypertensi biasanya iritabel, mudah marah dan
tersinggung.
d)
Pola tidur dan istirahat
Pada klien hipertensi mengalami gangguan tidur sering
terbangun karena sering sakit kepala dan tegang pada leher bagian belakang.
e)
Pola persepsi dan pengetahuan.
Pada klien hipertensi sering terjadi kebosanan akan
prosedur pengobatan yang lama, diet, olah raga, merokok, minuman beralkohol.
f)
Pada pola tata nilai dan
kepercayaan
Klien akan merasa cemas akan kesembuhan penyakitnya dan
merasa tidak berdaya dengan keberadaan sekarang.
2)
Terhadap keluarga
a)
Merepotkan dalam memberikan perawatan, pengaturan diet,
mengantar kontrol dan manambah beban biaya hidup yang terus –menerus.
b)
Produktifitas menurun. Apabila
hipertensi mengena kepala keluarga yang berperan sebagai pencari nafkah untuk
kebutuhan keluarga ,maka akan menghambat kegiatannya sehari-hari untuk kegiatan
seperti semula.
c)
Psikologi
Peran kepala akan diganti oleh
anggota keluarga yang lain.
3)
Terhadap masyarakat
Dengan adanya klien hipertensi dimasyarakat memungkinkan
terjadi perubahan peran dalam masyarakat
Selain itu akan menimbulkan kecemasan terhadap masyarakat dan akan
terjadi ancaman kehilangan salah satu anggotanya.
4)
Pelayanan kesehatan
Mengamati prevalensi penyakit hipertensi yang semakin
meningkat maka akan terjadi beban pelayanan kesehatan di masa yang akan datang.
(Brunner Suddarth, 2001).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar