Jumat, 14 September 2012

ASKEP ANAK DENGUE HAEMORAGHIC FEVER (DHF 6-12 TH)


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGUE HEMORHAGIC FEVER (DHF)

 


1.         DEFINISI
Dengue Hemorhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala demam tinggi mendadak disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan syock, nyeri otot dan sendi dan kematian (Cristianti,1995). Penyakit ini ditularkan lewat nyamuk Aides aegepty yang menbawa virus dengue (antropad bone virus) atau disebut arbo virus.

2.         PEMBAGIAN DHF
WHO (1975) membagi DBD menjadi 4 :
1)        Derajat 1:
Derajat satu bisanya ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari disertai dengan gejala tidak khas dan manifestasi perdarahan yang dapat diuji tourniquet positif.

2)        Derajat 2
Derajat 1 disertai dengan perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.

3)        Derajat 3
Derajat 2 ditambah dengan kegagalan sirkulasi ringan, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun ( < 20 mmHg), hipotensi (systole < 80 mmHg) disertai kulit yang dingin,lembab dan penderita menjadi gelisah.

4)        Derajat 4
Derajat 3 ditambah syok berat dengan nadi yang takteraba dan tekanan darah yang tak dapat diukur, dapat disertai dengan penurunan kesadaran, sianotik dan asidosis.
Derajat 1 dan 2 disebut DHF tanpa renjatan,sedang 3 dan 4 disebut DHF dengan renjatan atau DSS.

3.         PATOFISIOLOGI
Yang menentukan berat penyakit adalah :
o   Meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah
o   Menurunnya volume plasma darah
o   Adanya hipotensi
o   Trombositopeni
o   Diatesis hemoraghik.
Pada penderita DHF terdapat kerusakan sistem vaskuler dengan adanya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah terhadap protein plasma dan efusi pada ruang serosa dibawah peritoneal, pericardial dan pleural. Pada kasus berat, pengurangan plasma sampai 30 % lebih. Menghilangnya plasma melalui endotel ditandai oleh peningtkatan nilai hematokret yang dapat menyebabkan keadaan hipovolemi dan syok sehingga dapat menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolic dan bahkan sampai terjadi kematian.
Sebab lain perdarahan adalah trombositopeni serta faktor kapiler. Pada fagosit  didapatkan fagositosis dan proliferasi sistem retikulo endothelial yang menyebabkan penghancuran terhadap trombosit yang telah mengalami metamorfosis seluler sehingga tampak adanya trombositopeni.

Patofisiologi
Virus dengue


Proliferasi dan transformasilimfosit imun dalam tubuh
 


Replikasi virus dalam limfosit
 


Aktifasi sistem komplemen
 



Sel fagosit mononukleus Makrofag, histiosit, sel Cutfer tempat tjd infeksi virus
Non neutralizing antibody virus dengue melekat pd sel fagosit mono nuklues
virus bereplikasi dalam se fagosit mono nucleus

                                                                                                            aktifasi Fakt.XII
 


fungsi agregasi trombosit        pelepasan anafilaktoxin histamin
          menurun                                         serotonin
                                                                                                sist.kinin terangsanng

 


megakariosit meningkat          permeabilitas kapiler meningkat
 



umur trombosit menurun         ekstravasasi cairan intravaskuler
                                                            ke ektravaskuler
 



trombositopeni                        volume plasma menurun
 



    pedarahan                            hipotensi,hemokonsentrasi,hipo
                                                proteinemia,efusi dan renjatan


resiko syok hipovolemi           anoksia jaringan ,asidosis metb

4.         PEMERIKSAAN LABORAT
o           Hemokonsentrasi yaitu terjadi peningkatan nilai hematokrit > 20 %. Meningginya hematokrit sangat berhubungan dengan beratnya renjatan. Hemokonsentrasi selalu mendahului perubahan tekanan  darah dan nadi, oleh kerena itu pemeriksan hematokrit secara berkala dapat menentukan sat yang tepat penghentian pemberian cairan atau darah.
o           Trombositopenia, akan terjadi penurunan trombosit sampai dibawah 100.000 mm3
o            sediaan hapusan darah tepi, terdapat fragmentosit, yang  menandakan terjadinya hemolisis
o           Sumsum tulang, terdapatnya hipoplasi sistem eritropoetik disertai hiperplasi sistem RE dan terdapatnya makrofag dengan fagositosis dari bermacam jenis sel
o           Elektrolit, : hiponatremi (135 mEq/l). terjadi hiponatremi karena adanya kebocoran plasma,anoreksia, keluarnya keringat, muntah dan intake yang kurang
o           Hiperkalemi , asidosis metabolic
o           Tekanan onkotik koloid menurun, protein plasma menurun,
o           Serum transaminasi meningkat.

5.         PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita DHF sebenarnya bersifat symptomatic dan supportif
o           Pada anak yang hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diberikan antipiretik dan kompres dingin atau alcohol 70%
o           Kejang yang mungkin timbul diatasi dengan pemberian anti convulsan : anak > 1 tahun diberikan luminal 75 mg dan anak dibawah 1 th diberikan 50 mg IM. Bila dalam waktu 15 menit kejang tidak berhenti pemberian luminal diulang dengan dosis 3 mg/kg BB/hari atau anak umur > 1 th diberikan 50 mg sedang anak <1 th diberikan 30 mg dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital (pernafasan dan jantung).
o           Pemberian Inta Venous Fluid Drip (IVFD). Pada pemberian cairan perlu diperhatikan beberapa hal antara lain:
Sebagai pedomannya : Kebutuhan cairan/hari sesuai BB
BB                         Hari I                           Hari II             Hari III
<7 Kg                    220 ml                         165 ml                         132 ml
7-11 Kg                 165 ml                         132 ml                         88 ml
11-18 Kg               132 ml                         88 ml                           88 ml
>18 Kg                  88 ml                           88 ml                           88 ml

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A.               IDENTITAS
DHF dapat terjadi pada siapa saja dari anak-anak sampai orang dewasa dan pada semua jenis kelamin, kebanyakan penyakit ini ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki (Rampengan, 1997). Tempat atau daerah yang bisa terjangkit adalah disemua tempat baik dikota ataupun didesa, biasanya nyamuk pembawa vector banyak ditemukan pada daerah yang banyak genangan air atau didaerah yang lembab.

B.               RIWAYAT KEPERAWATAN
1.         Keluhan Utama :
Biasanya pasien datang dengan keluhan demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, terdapat petechie pada seluruh kulit, perdarahan gusi, neyri epigastrium, epistaksis, nyeri pada sendi-sendi.

2.         Riwayat Penyakit Sekarang
Sering menunjukan sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, panas, sakit saat menelan, lemah, nyeri uluhati(epigastrium), mual, muntah, nafsu makan menurun.

3.         Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terinfeksi penyakit DHf bisa terulang terjangkit DHF lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit yang perna  diderita dahulu.

4.         Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF dibawah oleh nyamuk jadi bila terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini  dalam satu rumah besar kemungkinan tertular karena penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk.

5.         Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat tinggal nyamuk ini adalah lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas bunga yang jarang diganti airnya, kaleng bekas tempat penampungan air, botol dan ban bekas. Tempat –tempat seperti ini biasanya banyak dibuat sarang nyamuk Janis ini. Perlu ditanyakan pula apakah didaerah itu ada riwayat wabah DHF karena inipun juga dapat terulang kapan-kapan.

6.         Riwayat Tumbuh Kembang
Tahap tumbuh kembang anak usia sekolah : 6 – 12 tahun
o   Tahap pertumbuhan
Berat badan pada usia sekolah sebagai pedomannya adalah :
 




Tinggi badan :  Umur (tahun) x 6 x 7

o   Tahap perkembangan
Anak usia 5-6  tahun
a.       menangkap bola kasti pada jarak 1 meter (MK)
b.      membuat gambar segi 4 (MH)
c.       Mengenal angka dan huruf serta berhitung (BBK)
d.      Berpakaian sendiri tanpa dibantu (BM)

Tahap perkembangan Psikosexual menurut Sigmund Freud :
Fase laten (5-12 tahun )
a.       anak masuk kepermulaan fase pubertas
b.      periode integrasi, dimana anak harus berhadapan dengan barbagai tuntutan sosial, belajar disekolah, hubungan kelompok.
c.       Fase tenang
d.      Dorongan libido mereda sementara
e.       Zone erotik berkurang
f.       Anak tertarik dengan kelompok sebaya

Fase Idustri Vs Inferiority ( 6-12 tahun )
Berfokus pada hasil akhir suatu pencapaian (prestasi/achievment). Anak memperoleh kesenangan dari penyelesaian tugas / pekerjaan dan menerima penghargaan untuk usaha/kepandaiannya. Jika anak tidak mendapat penerimaan dari teman sebayanya  atau tidak dapat memenuhi harapan orang tuanya mka ia akan merasa rendah diri, kurang menghargai dirinya untuk dapat berkembang. Jadi focus pada anak sekolah adalah pada hasil prestasinya, pengakuan dan pujian dari keluarganya, teman dan gurunya.


7.         Pemeriksaan Fisik (persistem)
o   Sistem pernafasan
Bila gejala telah lanjut klien mengeluh sesak nafas, pernafasan dangkal, cepat, perdarahan melaui hidung.
o   Sistem persyarafan
Kondisi lanjut bisa terjadi penurunan kesadaran, gelisah, kejang.
o   Sistem kardiovaskuler
Perdarahan pada kulit, hidung, gusi, hematemesis dan atau melena,
Tachicardia,trombositopeni, leukopenia, hipotensi, syok, mengeluh akral dingin
Hemokonsentrasi ( peningkatan nilai hematokret > 20 % ), pusing.
o   Sistem pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan dalam menelan, kembung, nyeri tekan pada epigastrik, nafsu makan menurun, mual muntah, pembesaran limpa, pembesaran hati, abdomen tegang.
o   Sistem muskuloskeletal
Nyeri otot / sendi, kelemahan, penurunan aktifitas.
o   Sistem urinary
Anuri / disuri, peningkatan Bj plasma
o   Sistem integumen
Kulit kering, turgor menurun, panas / kedinginan

C.               DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.         Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi penyakit.
2.         Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah, anoreksia, nyeri telan
3.         Gangguan rasa nyaman nyeri epigastria berhubungan dengan proses inflamasi
4.         Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan perpindahan cairan divaskuler
5.         Potensial terjadi perdarahan ulang berhubungan dengan trombositopeni.

D.               INTERVENSI KEPERAWATAN
1.         Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi    penyakit (viremia).

Tujuan : Suhu tubuh normal (36-370 c)
              Klien bebas demam.

Intervensi :
  1. Kaji saat timbulnya demam
R/ Dapat didentifikasi pola/ tingkat  demam
  1. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3 jam
R/ tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum kien
  1. Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
R/ Penjelasan tentang kondisi yang dialamai k;ein dapat membantu mengurangi kecemasan klien
  1. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan
R/ Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebioh kooperatif
  1. Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan
R/ Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien di rumah sakit
  1. Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5-3 liter/hari dan jelaskan manfaatnya
R/ Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat sehingga perlu diimabngi dengan asupan cairan yang banyak
  1. Berikan kompres dingin (pada axila dan lipat paha) dan anjurkan memakai pakaian yang tipis
R/ Kompres dingin akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh
  1. Berikan terapi (antipiretik) sesuai dengan program dokter
R/ Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal.


2.         Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan sakit saat menelan

Tujuan
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan

Intervensi
  1. kaji faktor – faktor penyebab
R/ penentuan faktor penyebab, akan menentukan intervensi/tindakan selanjutnya
  1. jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup
R/ meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien termotivasi untuk mengkonsumsi makanan
  1. anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah teruskan (15-30 cc setiap ½ -1jam )
R/ menghindari mual muntah dan distensi perut yang berlebihan
  1. lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah
R/ baun yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah
  1. ukur berat badan setiap hari
R/ berat badan merupakan indicator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi
  1. catat jumlah porsi yang dihabiskan klien
R/ mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutisi klien.


3.         Resiko terjadi perdarahan ulang berhubungan dengan trombositopeni.

Tujuan : tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut, jumlah trombosit meningkat ( dalam batas normal)

Intervensi :
1.      pantau tanda – tanda penurunan trombosit yang disertai dengan tanda klinis
R/ penurunan jumlah trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan nyata seperti epistaksis, petechie, perdarahan gusi
2.      memberikan penjelasan tentang pengaruh trombositopenia pada klien
R/ pengetahuan yang baik dari lkien dan keluarga tentang tanda dan gejala dapat membantu menngantisipasi terjadinya perdarahan karena trombositopeni
3.      menganjurkan klien untuk banyak istirahat
R/ aktifitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan
4.      memberikan penjelasan klien dan kleuarga untu melaporkan bila terjadi perdarahan
R/ keterlibatan keluarga akan membantu penanganan sedini mungkin
5.      kolaborasi pemberian obat obatan, berikan penjelasan tentang manfaat obat
R/ dengan mengetahui obat yang diminum dan manfatanya , diharapkan klien dan keluarga termotivasi untk meminum obat yang diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto,Lj. 2001, Diagnosa Keperawatan. Ed 6. EGC. Jakarta.

Effendi, C.1995. Perawatan klien DHF. EGC. Jakarta.

Ngatiyah. 1997.  Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Rampengan,TH & laurentz,LR 1997. Penyakit infeksi tropik pada Anak. EGC . Jakarta

Tim pengajar perawtan Anak. 1999. Diktat Kuliah PSIK Perawatan Anak. 

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
PADA PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE


A.    PENGERTIAN

DHF adalah suatu  infeksi  arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).

B.    PATOFISIOLOGI

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.





C.    KLASIFIKASI DHF

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( £ 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 ® 120/100 ® 120/110 ® 90/70 ® 80/70 ® 80/0 ® 0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ³ 140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

D.    TANDA DAN GEJALA

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dangejala lain adalah :
-          Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.
-          Asites
-          Cairan dalam rongga pleura ( kanan )
-          Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

E.    PEMERIKSAAN DAN DIGNOSIS

-          Trombositopeni ( £ 100.000/mm3)
-          Hb dan PCV meningkat ( ³ 20% )
-          Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
-          Isolasi virus
-          Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder
-          Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.



F.    PENATALAKSANAAN

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
-          Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang.
-          Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
-          Panas disertai perdarahan
-          Panas disertai renjatan.

Belum atau tanpa renjatan:
1.     Grade I dan II :
a.     Oral ad libitum atau
b.     Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
·         100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
·         75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
·         60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
·         50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
·         Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Dengan Renjatan ;
2.     Grade III
a.     Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
·         100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
·         75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
·         60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
·         50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

b.     Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan  tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

c.     Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau lainnya ) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.


G.    ASUHAN KEPERAWATAN

1.    Pengkajian
1.1  Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 )
1.2  Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
1.3  Riwayat penyakit sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
1.4  Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.
1.5  Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.


1.6  Riwayat Kesehatan Lingkungan
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
1.7  Riwayat Tumbuh Kembang
1.8  Pengkajian Per Sistem
1.8.1       Sistem Pernapasan
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
1.8.2       Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
1.8.3       Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
1.8.4       Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
1.8.5       Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
1.8.6       Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2.    Diagnosa Keperawatan
2.1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
2.2 Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke ekstravaskuler
2.3 Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
2.4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
2.5 Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni )
2.6 Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdaahan
2.7 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi.

3.    Rencana Asuhan Keperawatan.
DP : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37
Nyeri otot hilang
Intervensi :
a.     Beri komres air kran
Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi
b.     Berika / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.
c.     Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
d.     Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
e.     Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.

DP 2. Resiko defisit volume cairan  berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan
Kriteria :   Input dan output seimbang
Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda presyok
Akral hangat
Capilarry refill < 3 detik
Intervensi :
a.     Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering
Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler
b.     Observasi capillary Refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
c.     Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ
Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
d.     Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi )
Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral
e.     Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

DP. 3 Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
a.     Monitor keadaan umum pasien
Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok
b.     Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok
c.     Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
d.     Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
e.     Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut.

DP. 4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi
Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Menunjukkan berat badan yang seimbang.
Intervensi :
a.     Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai
Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
b.     Observasi dan catat masukan makanan pasien
Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan
c.     Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )
Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi.
d.     Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.
e.     Berikan dan Bantu oral hygiene.
Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral
f.      Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.
Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

DP. 5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni )
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat
Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat
Intervensi :
a.     Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
b.     Monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah  dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
c.     Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest )
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
d.     Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
e.     Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

ASUHAN KEPERAWATAN  PADA ANAK E.C
DENGAN DHF GRADE II
DI RUANG MENULAR ANAK RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

A.    PENGKAJIAN
1.     Identitas
Nama                            : An. E.C
Umur                            : 9 thn
Alamat                          : Tambak Asri 23/27 Surabaya
Agama                          : Kristen
Nama Ibu                      : Ny. T
Pendidikan                     :
Nama Ayah                   : Tn S
Pendidikan                     : SMA
Pekerjaan                      : Karyawan swasta
Diagnosa Medik             : DBD Grade II
Pengkajian tanggal         : 13 Desember 2001

2.     Keluhan Utama :
Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.
3.     Riwayat penyakit sekarang :
Senin pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Rabu malam anak tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau. Kamis jam 03 pagi keluar darah dari hiding pada waktu bersin, keluhan pusing, mencret air, dibawa ke IRD.
4.     Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.
5.     Riwayat penyakit keluarga
Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita sakit DBD.
6.     Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil, sekitar rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum dipakai, bak mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang yang menderita DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah disemprot.


7.     Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 4 kg, ibu tidak tahu mengapa kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak mendapat imunisasi lengkap dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.
8.     Pengkajian Persistem
a.     Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah tidak terjadi. Terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites positif, bising usus 8x/mnt.
b.     Sistem muskuloskeletal :
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.
c.     Sistem Genitourinary
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur, BAB dari malam belum ada.
d.     Sistem Respirasi.
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian tanda-tanda epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.
e.     Sistem Cardiovaskuler
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap. Refill < 3 detik, tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.
f.      Sistem Neurosensori
Tidak ada kelainan
g.     Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan
h.     Sistem Integumen.
S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat perdarahan spontan pada kulit.
9.     Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11.8
Leko : 5,5
Trombo : 133
PCV : 0,30

10.  Terapi
Infus D ½ saline 1600 cc/24 jam
Minum manis
Vit B compleks / C 3 x 1
Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.
Nasi 3 x sehari
Susu : 3 x 200 cc

B.    ANALISA DATA
No
Data
Etiologi
Masalah
1
S : Klien mengatakan badanya terasa panas, pusing
O :  Akral dingin
Panas hari ke 2 panjang.
TTV : S : 376, Nadi 98x/mnt, TD : 100/60, RR 25x/mnt.

S : Klien mengatakan tidak suka minum dan perut terasa kenyang minum terus.
O :  Turgor kulit baik
Mukosa bibir kering
Urine banyak warna kuning pekat
Panas hari ke 2 panjang
Trombosit ; 133.000
TD : 100/60, N ; 98x/mnt.

S : Klien menyatakan tidak mau makan, tetapi tidak mual.
O : KU lemah
Makan pagi hanya mau 3 sendok

Proses infeksi virus dengue
Ô
Viremia
Ô
Thermoregulasi


Peningkatan suhu tubuh
Ektravasasi cairan
Intake kurang
Ô
Volume plasma berkurang
Ô
Penurunan volume cairan tubuh




Nafsu makan menurun
Ô
Intake nutrisi tidak adekuat
Ô
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Peningkatan suhu tubuh





Cairan tubuh










Nutrisi



C.    DiAGNOSA KEPERAWATAN :
1.     Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2.     Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
3.     Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.

D.    PERENCANAAN
1.     Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria : TTV khususnya suhu dalam batas normal ( 365 – 375 )
              Membran mukosa basah.
Rencana Intervensi ;
1.     Observasi TTV setiap 1 jam
Rasional : Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan
2.     Berikan kompres air biasa / kran
Rasional : Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi.
3.     Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2000 ml
Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu pengeluaran urine guna pembuangan panas lewt urine.
4.     Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyengat keringat.
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panas
5.     Observasi intake dan out put
Rasional : Deteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.
6.     Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
Rasional : Antipireik berguna bagi penurunan panas.

2.     Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : TD 100/70 mmHg, N: 80-120x/mnt
Pulsasi kuat
Akral hangat


Rencana Intervensi ;
1.     Observasi Vital sign setiap jam atau lebih.
Rasional : Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi fluktuasi cairan intra vaskuler.
2.     Observasi capillary refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.
3.     Observasi intake dan output, catat jumlah, warna / konsentrasi urine.
Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
4.     Anjurkan anak untuk banyak minum 1500-2000 mL
Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan ciran tubuh
5.     Kolaborasi pemberian cairan intra vena atau plasma atau darah.
Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya hipovolemik syok.

3.     Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
Kriteria :  Nafsu makan meningkat
Porsi makan dihabiskan
Rencana Intervensi :
1.     Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan
Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.
2.     Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna
Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan  gastrointestinal.
3.     Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Menghindari mual dan muntah
4.     Hindari makanan yang merangsang : pedas, asam.
Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi muntah.
5.     Beri makanan kesukaan klien
Rasional : Memungkinkan pemasukan yang lebih banyak
6.     Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat kurang.